Berpikir
Kreatif Matematis
Poerwadarminta (Syukur,
2004: 10), mengartikan berpikir sebagai penggunaan akal budi manusia untuk
mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu. Sedangkan Liputo (1996) berpendapat
bahwa berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk
maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam berpikir adalah memahami,
mengambil keputusan, merencanakan, memecahkan masalah dan menilai tindakan.
Dari kedua pendapat diatas, tampak bahwa kata berpikir mengacu pada kegiatan
akal yang disadari dan terarah.
Terdapat
bermacam-macam cara berpikir, diantaranya berpikir vertikal, lateral, kritis,
analitis, kreatif dan strategis. Tetapi pada penelitian ini akan difokuskan
pada berpikir kreatif. Menurut Hariman (Huda, 2011), berpikir kreatif adalah
suatu pemikiran yang berusaha menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif
dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang
untuk membangun ide atau pemikiran yang baru. Pendapat lain dari Pehkonen
(Huda,2011), beliau memandang berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari
berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih
dalam kesadaran. Maksud berpikir divergen sendiri adalah memberikan
bermacam-macam kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang sama. Sementara itu
Munandar (Huda,2011) menjelaskan pengertian berpikir kreatif adalah kemampuan
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. Pengertian
ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi, jika
ia mampu menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Tetapi
semua jawaban itu harus sesuai dengan masalah dan tepat, selain itu jawabannya
harus bervariasi.
Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai berpikir
secara logis dan divergen untuk menghasilkan ide atau gagasan yang baru. Produk
dari berpikir kreatif itu sendiri adalah kreativititas. Sebagaimana dikemukakan
oleh beberapa tokoh mengenai definisi kreativitas berikut ini (Huda, 2011: 9) :
1.
Menurut Munandar kreativitas merupakan
kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk
memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau
sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang
sudah ada sebelumnya.
2.
Barron menyatakan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
3.
Siswono menjelaskan bahwa kreativitas
merupakan produk dari berpikir (dalam hal ini berpikir kreatif) untuk menghasilkan suatu cara atau
sesuatu yang baru dalam memandang suatu masalah atau situasi.
4.
Solso menjelaskan bahwa kreativitas
merupakan aktivitas kognitif yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam
menghadapi masalah.
Sementara itu, Munandar
(Huda, 2004) mengemukakan alasan mengapa kreativitas pada diri siswa perlu
dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi
maka orang dapat mewujudkan dirinya (Self
Actualization). Kedua, pengembangan kreativitas khususnya dalam pendidikan
formal masih belum memadai. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya
bermanfaat tetapi juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitaslah
yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dari penjelasan
di atas terlihat bahwa kreativitas mempunyai peranan penting dalam kehidupan,
sehingga kreativitas perlu dikembangkan terutama pada generasi muda yang
mengemban cita-cita sebagai penerus bangsa.
Menurut Pehkonen
(Mahmudi, 2010:3), kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu,
seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai
bidang kehidupan termasuk matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam
matematika lebih ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Oleh
karena itu, kreativitas dalam matematika lebih tepat diistilahkan sebagai
berpikir kreatif matematis. Meski demikian, istilah kreativitas dalam
matematika dipandang memiliki pengertian yang sama dengan berpikir kreatif
matematis, sehingga istilah keduanya dapat digunakan secara bergantian.
Krutetski (Mahmudi,
2010:3) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan
menemukan solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel. Menurut Livne
(Mahmudi, 2010:3), berpikir kreatif matematis merujuk pada kemampuan untuk
menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah matematika
yang bersifat terbuka.
Dari pendapat
tokoh-tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif matematis adalah
aktivitas mental yang disadari secara logis dan divergen untuk menemukan
jawaban atau solusi bervariasi yang bersifat baru dalam permasalahan
matematika.
B.
Tingkat
Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat
ditingkatkan dengan memahami proses berpikir kreatifnya dan berbagai faktor
yang mempengaruhinya serta melalui latihan yang tepat (Huda, 2011: 11). Selain
itu, kemampuan berpikir kreatif seseorang juga dapat ditingkatkan dari satu
tingkat ke tingkat yang lebih tinggi yaitu dengan cara memahami proses
berpikir, dan faktor-faktornya serta melalui latihan-latihan. Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tingkat kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat berubah dari satu
tingkat ke tingkat selanjutnya yang lebih tinggi. Menurut Guilford (Herdian,
2010) indikator dari berpikir kreatif
ada lima yaitu :
a.
Kepekaan (problem sensitivity) adalah kemampuan mendeteksi (mengenali dan
memahami) serta menanggapi suatu pernyataan, situasi dan masalah.
b. Kelancaraan
(fluency) adalah kemampuan untuk
menghasilkan banyak gagasan.
c. Keluwesan
(flexibility) adalah kemampuan untuk
mengemukakan bermacam-macam, pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
d. Keaslian
(originality) adalah kemampuan untuk
mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang
diberikan kebanyakaan orang.
e. Elaborasi
(elaboration) adalah kemampuan
menambah situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara
detail, yang didalamnya dapat berupa tabel, grafik, gambar, model, dan
kata-kata.
Sementara Silver (Huda, 2011:11) menjelaskan bahwa
untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak dan orang dewasa dapat dilakukan
dengan menggunakan “The Torrance Test of
Creative Thinking (TTCT)”. Tiga
komponen yang digunakan untuk menilai kemampuan berpikir kreatif melalui TTCT
adalah kefasihan (fluency),
fleksibilitas (fleksibility) dan
kebaruan (novelty). Pengertian lebih
jelasnya sebagai berikut :
a. Kefasihan
(fluency) adalah jika siswa mampu
menyelesaikan masalah matematika dengan
beberapa alternatif jawaban (beragam)
dan benar.
b. Fleksibilitas
(flexibility) adalah jika siswa mampu
menyelesaikan masalah matematika dengan dengan cara yang berbeda.
c. Kebaruan
(novelty) adalah jika siswa mampu
menyelesaikan masalah matematika dengan beberapa jawaban yang berbeda tetapi
bernilai benar dan satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa pada
tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.
daftar pustaka :
Herdian. (2010). Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.
[Online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/
Huda, C. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika dengan Model Pembelajaran Treffinger
pada Materi Pokok Keliling dan Luas Persegipanjang. [Online]. Tersedia http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--chotmilhud-9908
Mahmudi, A. (2010). Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis. Makalah, Yogyakarta
Syukur, M. (2004). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMU Melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis
Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan