RESUME BUKU
Judul Buku :
Praktek Demokrasi Langsung di Indonesia
Penulis :
Kholid O. Santosa
Jumlah halaman :
134 Halaman
Penerbit :
Sega Arsy (Jl. Cingised No.10, telp. 022-7808939)
Praktek Demokrasi Langsung di
Indonesia
Hari itu 11 hijriyah, sekitar 15 abad yang
lalu, masyarakat Madinah geger karena terjadi peristiwa tragis yaitu gugur nya
pemimpin mereka Umar bin Khatab yang saat itu beliau sedang melakukan shalat
jumat. Ustman bin affan , yang menggantikan Umar pun mengalami nasib yang
serupa. Beliau gugur sekitar 12 tahun sepeninggal pendahulunya. Lalu Ali bin
Abi Thalib, beliau juga mati melallui peristiwa berdarah. Beliau di bunuh kejam
oleh bekas pengikutnya yang bernama Abdurrahman bin Muljam, pada subuh 18
ramadhan 40 H. Umar, Ustman, Ali adalah para pemimpin tauladan sekaligus
merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW. Dalam perspektif islam mereka termasuk
sebaik-baiknya pemimpin setelah Nabi Muhammad SAW dan Abu bakar. Sikap
hidupnya, pemikirannya, langkah politiknya, dan kebijakan kepemimipinannya ,
semua memberikan keteladanan bukan saja buat rakyatnya tetapi juga buat
pemimpin setelahnya.Akan tetapi , potret kepemimpinan pada masa Umar, Ustman,
dan Ali , telah memberikan beberapa pelajaran penting. Pertama, dalam setiap periode kemimpinan selalu ada fenomena
persaingan politik.Selalu ada yang kecewa,ada yang merasa tidak diperlakukan
adil, dan banyak musuh politik yang merasa tidak puas. Kedua, prinsip-prinsip ideal kepemimpinan adalah mengacu pada
konsep perjuangan, pengabdian, menegakan keadilan meskipun nyawa yang menjadi
taruhannya.
Dan
semua itu jarang kita lihat pada pemimpin-pemimpin pada era modern termasuk di
Indonesia, bukan hal yang mudah untuk mencari pemimpin bagi 250 juta jiwa
rakyat Indonesia .
Yang dimana kita merupakan negeri yang subur makmur, gemah ripah lohjinawi, dan memiliki beberapa suku, budaya etnis
yang berbeda. Setelah runtuh nya orde baru dengan ditandai lengsernya presiden
Soeharto yang telah berkuasa sekitar 32 tahun pada1998, Indonesia mengalami masa transisi
untuk masuk ke dalam era demokrasi. Tapi masa transisi itulah yang membuat Indonesia
kebingungan, Habibie yang pada saat itu menjadi presiden menggantikan soeharto,
di guncang dengan kasus besar dimana Timor-timor lepas dari bagian NKRI. Dan
dimasa transisi inilah Indonesia
mulai memiliki tokoh-tokoh intelektual semacam Amien Rais yang dikenal dengan
bicaranya yang seadanya, Megawati yang menggambarkan sosok dari ayahnya yang tak
lain adalah mantan presiden soekarno, dan yang lainnya semacam Hamzah Haz dan
Akbar tanjung. Pemilu 1999 merupakan awal dari perjuangan karir politik mereka,
PDI Perjuangan yang diketuai oleh Megawati Akhirnya berhasil menjadi pemenang
pemilu 1999. Tapi hal tersebut tidak memuluskan langkahnya sebagai RI 1 karena
terdapat kekuatan poros tengah yang diprakarsai oleh Amien Rais yang menolak
secara langsung megawati menjadi presiden dengan slogannya “Asal Bukan Mega”.
Dan Akhirnya sang ‘kuda hitam’ lah yang tak lain adalah Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) yang melenggang menjadi presiden sesuai keputusan sidang MPR yang diketuai
Amien Rais. Tapi Anehnya, di tangan Amien Rais pula lah Gus dur harus lengser
sebagai presiden Republik Indonesia melalui Tap MPR dan digantikan oleh Megawati
yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden pada tahun 2001.Dan akhirnya
megawati mendapat mandat untuk meneruskan pelayaran kapal besar dalam
mengarungi ganasnya samudra yang di dampingi oleh Hamzah Haz sebagai Wakilnya. Megawati
menjadi presiden Republik Indonesia
hanya sampai 2004 karena adanya pemilu kembali.
Masyarakat yang menginginkan suasana seperti
orde baru kembali, dimana harga sembako murah, situasi dan kondisi aman yang
semuai itu tidak didapat dalam pemerintahan Gusdur dan Megawati membuat golkar
kembali memenangkan perolehan suara tertinggi dalam pemilu legislatif dengan
perolehan 21 % mengalahkan PDIP yang memperoleh 19 % suara. Oleh karena itu
Golkar sangat optimistis dalam menatap pemilu presiden 2004. kesalahan fatal
dilakukan oleh golkar, itu terjadi saat konvensi partai golkar yang bertujuan
untuk menetapkan calon presiden dari partai golkar. Akbar tanjung sang ketua
umum yang semula di gembar-gemborkan menjadi kandidat kuat capres dari partai
golkar tanpa diduga berhasil dikalahkan oleh Wiranto dalam pemungutan suara
yang dilakukan oleh kalangan intern partai. Dan suara golkar pun akhirnya
terpecah, sebagian mendukung Wiranto
yang menggandeng Salahuddin Wahid yang notabene adalah elite partai PKB
sekaligus adik dari gusdur dan sebagian lagi mendukung Jusuf kalla yang di
gandeng oleh Susilo Bambang Yudhoyono (Demokrat) sebagai cawapres. Sementara
pasangan lainnya adalah, Megawati-KH.Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo
Husodo, dan Hamzah haz-Agum Gumelar.
Mengapa
mereka tersisih ?
(Wiranto)
Hasil pilpres putaran pertama sangat di luar dugaan, Pasangan
Wiranto-Solahudin Wahid yang diusung oleh dua partai besar golkar dan PKB yang
di perkirakan akan memperoleh suara sekitar 34% yang didapat dari golkar 21%
dan PKB 13% akhirnya tidak dapat berlanjut karena harus puas dengan perolehan
suara sebanyak 22,15% kalah dari pasangan Megawati-Hasyim M (26,61%) dan
SBY-Jusuf kalla (33,57%). Berebagai
pertanyaan muncul, diantaranya mengapa wiranto kalah padahal di usung oleh 2
partai besar? Berbagai opini mengembang , ada yang menyebut bahwa kekalahan
wiranto akibat dari kasus besar yang pernah ditangani nya pada masa lalu
diantaranya pelanggaran HAM berat di Timor -timor
ada pula yang berkata bahwa kekalahan wiranto di akibatkan karena tidak
didukung sepenuhnya oleh partai golkar karena suaranya yang terpecah akibat
konvensi partai golkar.
Sebenarnya Wiranto memiliki peluang untuk mengisi posisi RI 1, peluang itu ia
dapatkan ketika ia diserahi Tap MPR No. V/1998, sebuah Tap MPR tentang
kewenangan presiden Soeharto untuk mengambil tindakan dalam rangka untuk
menjaga stabilitas nasional. Dengan mandat tersebut bisa saja Wiranto
menyatakan bahwa negara sedang dalam keadaan darurat (SOB atau staat van oorlog on beleg) untuk selanjutnya mengambil
alih pimpinan. Sebuah peluang yang tidak bisa muncul untuk yang kedua kalinya
termasuk pada pemilu 2004. Tetati Wiranto berpendapat bahwa apabila ia
mengambil tindakan itu, ia memperkirakan besarnya haraga yang harus dibayar dan
ribuan jiwa yang jadi taruhannya. Sekali lagi, kekalahannya dalm pemilu 2004
ini merupakan sebuah tragedi bagi dirinya, mengingat ia merupakan tokoh yang
cukup berpeluang menjadi presiden republik Indonesia.
(Amien
Rais)
Amien Rais disebut pula calon kuat yang akan lolos ka
putaran dua, Amien rais yang di usung oleh PAN yang notabene merupakan partai
yang menggambarkan kekuatan islam. Amien yang berstrategi mengambil suara dari
masyarakat islam karena menganggap mayoritas Rakyat Indonesia yang beragama Islam. Tapi
strategi Amien rais itu salah, menggandeng Siswono sebagai Cawapresnya nyatanya
hal itu tidak dapat meloloskannya ke putaran 2 karena hanya memperoleh hasil 14,66%.
Semua kalangan berfikir bahwa suara islam kali ini harus terpecah ke beberapa
calon pasangan diantaranya Hasyim Muzadi dari Nahdlatul Ulama (NU) yang
digandeng oleh Megawati dan Sang calon ‘figuran’ Hamzah Haz (PPP) yang berpasangan dengan Agum
Gumelar. Dan faktanya memang berkata demikian beberapa suara islam pada pemilu
2004 memang lebih merata kepada setiap pasangan.Hasil survei Lembaga Studi
Indonesia (LSI) juga mengatakan bahwa dalam pemilu 2004 kelompok islam terpecah
kedalam 2 kelompok. Kelompok pertama disebut kelompok pemilih muslim religius
karena kelompok ini merupakan kelompok muslim yang taat dan mendukung
perjuangan islam, kelompok ini memiliki prosentase 49,8 %. Sedangkan kelompok
kedua dinamakan kelompok pemilih muslim tidak religius, karena kelompok ini
hanya muslim ‘abangan’, dan kelompok ini memiliki prosentase lebih tinggi yaitu
50,2 %. Dan ternyata kelompok muslim religius pun tidak seluruhnya mendukung
Amien Rais.
(Hamzah
Haz)
Calon yang satu ini memang tidak terlalu
diperhitungkan meskipum merupakan wakil presiden (Incumbent). Bahkan ada yang
beranggapan bahwa tampilnya Hamah Haz hanya untuk membelah suara untuk Amien Rais dan Hasyim Muzadi atau dengan kata lainnya
adalah ‘figuran’. Terlepas dari itu Hamzah Haz merupakan politikus yang matang
dan licin, hal ini dibuktikannya pada saat ia membawa PPP meraih suara yang signifikan
pada pemilu 1999 yaitu berada di peringkat ke-4. kedekatannya dengan pemimpin
organisasi islam garis keras di sebut-sebut sebagai hal yang di anggap negatif
sehingga tidak dapat mendapat respons positif dari masyarakat.
Mencermati
mereka yang lolos
(Susilo
Bambang Yudhoyono)
Awalnya SBY memang tidak terlalu diperhitungkan,
menggandeng Jusuf kalla mencadi cawapres dinilai banyak kalangan merupakan
strategi politik yang jitu. Demokrat yang hanya meraih suara legislatif sekitar
5% , tetapi pada pilpres putaran pertama SBY-JK berhasil menempati urutan
teratas dalam perolehan suara yaitu 33,57%. Pasangan ini memang sangat berbeda
dengan pasangan yang lain, pasangan ini dinilai sangat komplit karena perpaduan
SBY dari tokoh militer dan JK dari kalangan Ekonom. Sehingga masyarakat
berfikiran perpaduan 2 unsur itu dapat membawa perubahan terutama di bidang
Keamanan dan keadaan ekonomi.
Faktor lain yang mengangkat SBY yaitu pribadinya yang
menonjol, lahir di Pacitan Jawa Timur dibesarkan oleh ayah seorang militer
membuat SBY menjadi pribadi yang santun dan cerdas. Lulus dari AKABRI dengan
predikat lulusan terbaik, SBY melanjutkan studinya ke universitas Missouri di AS dengan
mengambil Manajemen. Sejak itu karirnya semakin menanjak, pada 1996 ia menjabat
sebagai kepala staf Kodam Jaya. Dua tahun setelahnya ia menempati jabatan
kepala staf Sosial Politik ABRI. Hingga akhirnya gusdur menjadikannya sebagai
menteri energi atas rekomendasi Wiranto. Setahun kemudian melalui Reshufle
cabinet pada Agustus 2000, posisi SBY di pindahkan menjadi menkososkam.
Disinilah awal mula karir politiknya, banyak beranggapan bahwa SBY merupakan
kaki dalam pemerintahan gusdur. Gusdur pernah menawarinya bergabung dengan PKB
tapi SBY menolaknya. Pada saat gusdur lengser dan digantikan Megawati, SBY
dipercaya kembali sebagi menkopolkam. Ia merupakan salah satu menteri yang
berpikir keras dalam penyelesaian konflik di Maluku. Ia juga sempat diisukan
sebagai cawapres dari megawati dalam pilpres 2004. Tapi perselisihan dengan
megawati yang berdampak pengunduran dirinya sebagai menkopolkam mebuyarkan isu
tersebut. Ajaibnya karir politiknya meningkat tajam setelah ia membangun partai
demokrat. Opini diluar berkembang bahwa pengunduran dirinya sebagai menkopolkam
mendapat kesan yang positif dari masyarakat hingga ia berhasil memperoleh suara
tertinggi dalam pilpres putaran pertama.
(Megawati)
Didukung oleh partai besar dan ditunjang dengan
statusnya sebagai anak dari Ir. Soekarno memang menguntungan dirinya. Tak heran
apabila ia melaju ke putaran 2 pilpres, sikapnya yang pendiam dan pelit bicara
memang bertolak belakang dengan Soekarno. Tapi hal itu merupakan keunggulan
dirinya. Ada
yang mengatakan bahwa diamnya Megawati adalah emas , tapi adapula yang
beranggapan bahwa diamnya itu memang karena Megawati tidak tahu apa
persoalannya dan apa yang harus diperbuatnya. Terlepas dari semua itu Megawati
beruntung karena di dukung oleh simpatisannya yang di kenal Fanatis dari PDIP.
Menggandeng KH. Hasyim Muzadi juga dianggap sebagai
strategi yang bagus untuk meraup dari suara kalangan muslim. Maka tak ayal lagi
pasangan ini berhasil memperoleh suara 26,61% dan berhak lolos ke pilpres
putaran dua. Tapi masih ada persoalan yang dapat mengganjal dirinya dalam
pilpres putaran kedua, diantaranya ada yang menyebut bahwa Megawati beragama
Hindu dan pada saat menjadi presiden megawati dianggap tidak memberikan
kemajuan bagi Indonesia .
Untuk persoalan yang pertama Megawati telah membantah
bahwa dirinya beragama hindu, dibuktikannya dengan kehadirannya pada saat
muktamar muhammadiyah di Bali pada tahun 2002.
Menuju Arena Pertarungan
Terlepas dari
Partai besar semacam PDI, Golkar, PKB, PPP, PAN, beserta aliansinya. Ketokohan
pun merupakan daya tarik tersendiri dalam mendulang suara, hal ini dapat dibuktikan
dengan hasil pilpres putaran kesatu. Partai-partai yang berada dibelakang semua
pasangan hanyalah sebagai mesin politik yang menunjang mereka. Masyarakat
beranggapan bahwa partai politik hanya mementingkan kepentingannya
masing-masing bukan memperhatikan rakyat yang dibawahnya. Ada juga yang mengaitkannya dengan ramalan
Ranggowarsito berdasarkan kata No-To-No-Go-Ro, dimana No pertama adalah SoekarNO, kedua SoeharTO,
mungkinkan No selanjutnya adalah Susilo Bambang YudhoyoNO. Fenomena kekuatan Sipil-Militer pun tidak boleh kita lupakan, bahkan
jauh-jauh hari Akbar Tanjung mengatakan apabila ia mencalonkan diri menjadi
capres maka ia akan memilih wakil dari kalangan militer-jawa. Ia bahkan telah
mengamati beberapa tokoh militer semacam Prabowo, Wiranto, dan Endriarto
Sutarto. Tetapi takdir berkata lain, disaat ia memiliki tingkat kepercayaan
tinggi yang lebih untuk menjadi Capres dari partai golkar justru ia kalah
sebelum pertandingan berlangsung, ia kalah oleh sistem yang ia buat sendiri di
partai golkar. Untuk peluang pasangan capres dan cawapres yang lolos, memang
setiap pasangan memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Tapi jika
dilihat dalam perspektif politik selama ini , peluang pasangan SBY-JK
diperkirakan akan unggul dari Mega-Hasyim. Selain keduanya sangat berpengalaman
sebagai menteri koordinator, dimana SBY mantan menkopolkam dan JK mantan
menkokesra, ironisnya mereka menjadi menteri koordinator justru pada
pemerintahan Megawati. Tetapi
kalkulasi terakhir akan ditentukan oleh rakyat sendiri. Namun pada nyatanya,
demokrasi langsung bukan menjadi pilihan yang paling menjanjikan. Dalam
praktek, demokrasi langsung sering dijadikan ajang kekuatan dan kekusaan. Tak
jarang kita temukan model pemilihan langsung justru memecah belah komunitas dan
kalangan masyarakat. Masyarakat sering dijadikan tumbal para elite partai
politik yang tak becus mengurus Negara ini dari bencana alam, kelaparan,
pengangguran dan masalah kompleks lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar