Kamis, 10 Mei 2012

Resume buku "Praktek Demokrasi Langsung di Indonesia"


  
RESUME BUKU

Judul Buku           : Praktek Demokrasi Langsung di Indonesia
Penulis                 : Kholid O. Santosa
Jumlah halaman   : 134 Halaman
Penerbit                : Sega Arsy (Jl. Cingised No.10, telp. 022-7808939)


Praktek Demokrasi Langsung di Indonesia
                                         
Hari itu 11 hijriyah, sekitar 15 abad yang lalu, masyarakat Madinah geger karena terjadi peristiwa tragis yaitu gugur nya pemimpin mereka Umar bin Khatab yang saat itu beliau sedang melakukan shalat jumat. Ustman bin affan , yang menggantikan Umar pun mengalami nasib yang serupa. Beliau gugur sekitar 12 tahun sepeninggal pendahulunya. Lalu Ali bin Abi Thalib, beliau juga mati melallui peristiwa berdarah. Beliau di bunuh kejam oleh bekas pengikutnya yang bernama Abdurrahman bin Muljam, pada subuh 18 ramadhan 40 H. Umar, Ustman, Ali adalah para pemimpin tauladan sekaligus merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW. Dalam perspektif islam mereka termasuk sebaik-baiknya pemimpin setelah Nabi Muhammad SAW dan Abu bakar. Sikap hidupnya, pemikirannya, langkah politiknya, dan kebijakan kepemimipinannya , semua memberikan keteladanan bukan saja buat rakyatnya tetapi juga buat pemimpin setelahnya.Akan tetapi , potret kepemimpinan pada masa Umar, Ustman, dan Ali , telah memberikan beberapa pelajaran penting. Pertama, dalam setiap periode kemimpinan selalu ada fenomena persaingan politik.Selalu ada yang kecewa,ada yang merasa tidak diperlakukan adil, dan banyak musuh politik yang merasa tidak puas. Kedua, prinsip-prinsip ideal kepemimpinan adalah mengacu pada konsep perjuangan, pengabdian, menegakan keadilan meskipun nyawa yang menjadi taruhannya.
 Dan semua itu jarang kita lihat pada pemimpin-pemimpin pada era modern termasuk di Indonesia, bukan hal yang mudah untuk mencari pemimpin bagi 250 juta jiwa rakyat Indonesia. Yang dimana kita merupakan negeri yang subur makmur, gemah ripah lohjinawi, dan memiliki beberapa suku, budaya etnis yang berbeda. Setelah runtuh nya orde baru dengan ditandai lengsernya presiden Soeharto yang telah berkuasa sekitar 32 tahun pada1998,  Indonesia mengalami masa transisi untuk masuk ke dalam era demokrasi. Tapi masa transisi itulah yang membuat Indonesia kebingungan, Habibie yang pada saat itu menjadi presiden menggantikan soeharto, di guncang dengan kasus besar dimana Timor-timor lepas dari bagian NKRI. Dan dimasa transisi inilah Indonesia mulai memiliki tokoh-tokoh intelektual semacam Amien Rais yang dikenal dengan bicaranya yang seadanya, Megawati yang menggambarkan sosok dari ayahnya yang tak lain adalah mantan presiden soekarno, dan yang lainnya semacam Hamzah Haz dan Akbar tanjung. Pemilu 1999 merupakan awal dari perjuangan karir politik mereka, PDI Perjuangan yang diketuai oleh Megawati Akhirnya berhasil menjadi pemenang pemilu 1999. Tapi hal tersebut tidak memuluskan langkahnya sebagai RI 1 karena terdapat kekuatan poros tengah yang diprakarsai oleh Amien Rais yang menolak secara langsung megawati menjadi presiden dengan slogannya “Asal Bukan Mega”. Dan Akhirnya sang ‘kuda hitam’ lah yang tak lain adalah Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang melenggang menjadi presiden sesuai keputusan sidang MPR yang diketuai Amien Rais. Tapi Anehnya, di tangan Amien Rais pula lah Gus dur harus lengser sebagai presiden Republik Indonesia melalui Tap MPR dan digantikan oleh Megawati yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden pada tahun 2001.Dan akhirnya megawati mendapat mandat untuk meneruskan pelayaran kapal besar dalam mengarungi ganasnya samudra yang di dampingi oleh Hamzah Haz sebagai Wakilnya. Megawati menjadi presiden Republik Indonesia hanya sampai 2004 karena adanya pemilu kembali.
 Masyarakat yang menginginkan suasana seperti orde baru kembali, dimana harga sembako murah, situasi dan kondisi aman yang semuai itu tidak didapat dalam pemerintahan Gusdur dan Megawati membuat golkar kembali memenangkan perolehan suara tertinggi dalam pemilu legislatif dengan perolehan 21 % mengalahkan PDIP yang memperoleh 19 % suara. Oleh karena itu Golkar sangat optimistis dalam menatap pemilu presiden 2004. kesalahan fatal dilakukan oleh golkar, itu terjadi saat konvensi partai golkar yang bertujuan untuk menetapkan calon presiden dari partai golkar. Akbar tanjung sang ketua umum yang semula di gembar-gemborkan menjadi kandidat kuat capres dari partai golkar tanpa diduga berhasil dikalahkan oleh Wiranto dalam pemungutan suara yang dilakukan oleh kalangan intern partai. Dan suara golkar pun akhirnya terpecah, sebagian mendukung  Wiranto yang menggandeng Salahuddin Wahid yang notabene adalah elite partai PKB sekaligus adik dari gusdur dan sebagian lagi mendukung Jusuf kalla yang di gandeng oleh Susilo Bambang Yudhoyono (Demokrat) sebagai cawapres. Sementara pasangan lainnya adalah, Megawati-KH.Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, dan Hamzah haz-Agum Gumelar.
Mengapa mereka  tersisih ?

(Wiranto)

 Hasil pilpres putaran pertama sangat di luar dugaan, Pasangan Wiranto-Solahudin Wahid yang diusung oleh dua partai besar golkar dan PKB yang di perkirakan akan memperoleh suara sekitar 34% yang didapat dari golkar 21% dan PKB 13% akhirnya tidak dapat berlanjut karena harus puas dengan perolehan suara sebanyak 22,15% kalah dari pasangan Megawati-Hasyim M (26,61%) dan SBY-Jusuf kalla (33,57%).  Berebagai pertanyaan muncul, diantaranya mengapa wiranto kalah padahal di usung oleh 2 partai besar? Berbagai opini mengembang , ada yang menyebut bahwa kekalahan wiranto akibat dari kasus besar yang pernah ditangani nya pada masa lalu diantaranya pelanggaran HAM berat di Timor-timor ada pula yang berkata bahwa kekalahan wiranto di akibatkan karena tidak didukung sepenuhnya oleh partai golkar karena suaranya yang terpecah akibat konvensi partai golkar. Sebenarnya Wiranto memiliki peluang untuk mengisi posisi RI 1, peluang itu ia dapatkan ketika ia diserahi Tap MPR No. V/1998, sebuah Tap MPR tentang kewenangan presiden Soeharto untuk mengambil tindakan dalam rangka untuk menjaga stabilitas nasional. Dengan mandat tersebut bisa saja Wiranto menyatakan bahwa negara sedang dalam keadaan darurat (SOB atau staat van oorlog on beleg) untuk selanjutnya mengambil alih pimpinan. Sebuah peluang yang tidak bisa muncul untuk yang kedua kalinya termasuk pada pemilu 2004. Tetati Wiranto berpendapat bahwa apabila ia mengambil tindakan itu, ia memperkirakan besarnya haraga yang harus dibayar dan ribuan jiwa yang jadi taruhannya. Sekali lagi, kekalahannya dalm pemilu 2004 ini merupakan sebuah tragedi bagi dirinya, mengingat ia merupakan tokoh yang cukup berpeluang menjadi presiden republik Indonesia.

          (Amien Rais)

Amien Rais disebut pula calon kuat yang akan lolos ka putaran dua, Amien rais yang di usung oleh PAN yang notabene merupakan partai yang menggambarkan kekuatan islam. Amien yang berstrategi mengambil suara dari masyarakat islam karena menganggap mayoritas Rakyat Indonesia yang beragama Islam. Tapi strategi Amien rais itu salah, menggandeng Siswono sebagai Cawapresnya nyatanya hal itu tidak dapat meloloskannya ke putaran 2 karena hanya memperoleh hasil 14,66%. Semua kalangan berfikir bahwa suara islam kali ini harus terpecah ke beberapa calon pasangan diantaranya Hasyim Muzadi dari Nahdlatul Ulama (NU) yang digandeng oleh Megawati dan Sang calon figuran Hamzah Haz (PPP) yang berpasangan dengan Agum Gumelar. Dan faktanya memang berkata demikian beberapa suara islam pada pemilu 2004 memang lebih merata kepada setiap pasangan.Hasil survei Lembaga Studi Indonesia (LSI) juga mengatakan bahwa dalam pemilu 2004 kelompok islam terpecah kedalam 2 kelompok. Kelompok pertama disebut kelompok pemilih muslim religius karena kelompok ini merupakan kelompok muslim yang taat dan mendukung perjuangan islam, kelompok ini memiliki prosentase 49,8 %. Sedangkan kelompok kedua dinamakan kelompok pemilih muslim tidak religius, karena kelompok ini hanya muslim ‘abangan’, dan kelompok ini memiliki prosentase lebih tinggi yaitu 50,2 %. Dan ternyata kelompok muslim religius pun tidak seluruhnya mendukung Amien Rais.



          (Hamzah Haz)

Calon yang satu ini memang tidak terlalu diperhitungkan meskipum merupakan wakil presiden (Incumbent). Bahkan ada yang beranggapan bahwa tampilnya Hamah Haz hanya untuk membelah suara untuk Amien Rais dan Hasyim Muzadi atau dengan kata lainnya adalah ‘figuran’. Terlepas dari itu Hamzah Haz merupakan politikus yang matang dan licin, hal ini dibuktikannya pada saat ia membawa PPP meraih suara yang signifikan pada pemilu 1999 yaitu berada di peringkat ke-4. kedekatannya dengan pemimpin organisasi islam garis keras di sebut-sebut sebagai hal yang di anggap negatif sehingga tidak dapat mendapat respons positif dari masyarakat.

         
Mencermati mereka yang lolos

          (Susilo Bambang Yudhoyono)

Awalnya SBY memang tidak terlalu diperhitungkan, menggandeng Jusuf kalla mencadi cawapres dinilai banyak kalangan merupakan strategi politik yang jitu. Demokrat yang hanya meraih suara legislatif sekitar 5% , tetapi pada pilpres putaran pertama SBY-JK berhasil menempati urutan teratas dalam perolehan suara yaitu 33,57%. Pasangan ini memang sangat berbeda dengan pasangan yang lain, pasangan ini dinilai sangat komplit karena perpaduan SBY dari tokoh militer dan JK dari kalangan Ekonom. Sehingga masyarakat berfikiran perpaduan 2 unsur itu dapat membawa perubahan terutama di bidang Keamanan dan keadaan ekonomi.
Faktor lain yang mengangkat SBY yaitu pribadinya yang menonjol, lahir di Pacitan Jawa Timur dibesarkan oleh ayah seorang militer membuat SBY menjadi pribadi yang santun dan cerdas. Lulus dari AKABRI dengan predikat lulusan terbaik, SBY melanjutkan studinya ke universitas Missouri di AS dengan mengambil Manajemen. Sejak itu karirnya semakin menanjak, pada 1996 ia menjabat sebagai kepala staf Kodam Jaya. Dua tahun setelahnya ia menempati jabatan kepala staf Sosial Politik ABRI. Hingga akhirnya gusdur menjadikannya sebagai menteri energi atas rekomendasi Wiranto. Setahun kemudian melalui Reshufle cabinet pada Agustus 2000, posisi SBY di pindahkan menjadi menkososkam. Disinilah awal mula karir politiknya, banyak beranggapan bahwa SBY merupakan kaki dalam pemerintahan gusdur. Gusdur pernah menawarinya bergabung dengan PKB tapi SBY menolaknya. Pada saat gusdur lengser dan digantikan Megawati, SBY dipercaya kembali sebagi menkopolkam. Ia merupakan salah satu menteri yang berpikir keras dalam penyelesaian konflik di Maluku. Ia juga sempat diisukan sebagai cawapres dari megawati dalam pilpres 2004. Tapi perselisihan dengan megawati yang berdampak pengunduran dirinya sebagai menkopolkam mebuyarkan isu tersebut. Ajaibnya karir politiknya meningkat tajam setelah ia membangun partai demokrat. Opini diluar berkembang bahwa pengunduran dirinya sebagai menkopolkam mendapat kesan yang positif dari masyarakat hingga ia berhasil memperoleh suara tertinggi dalam pilpres putaran pertama.

         
(Megawati)

Didukung oleh partai besar dan ditunjang dengan statusnya sebagai anak dari Ir. Soekarno memang menguntungan dirinya. Tak heran apabila ia melaju ke putaran 2 pilpres, sikapnya yang pendiam dan pelit bicara memang bertolak belakang dengan Soekarno. Tapi hal itu merupakan keunggulan dirinya. Ada yang mengatakan bahwa diamnya Megawati adalah emas , tapi adapula yang beranggapan bahwa diamnya itu memang karena Megawati tidak tahu apa persoalannya dan apa yang harus diperbuatnya. Terlepas dari semua itu Megawati beruntung karena di dukung oleh simpatisannya yang di kenal Fanatis dari PDIP.
Menggandeng KH. Hasyim Muzadi juga dianggap sebagai strategi yang bagus untuk meraup dari suara kalangan muslim. Maka tak ayal lagi pasangan ini berhasil memperoleh suara 26,61% dan berhak lolos ke pilpres putaran dua. Tapi masih ada persoalan yang dapat mengganjal dirinya dalam pilpres putaran kedua, diantaranya ada yang menyebut bahwa Megawati beragama Hindu dan pada saat menjadi presiden megawati dianggap tidak memberikan kemajuan bagi Indonesia.
Untuk persoalan yang pertama Megawati telah membantah bahwa dirinya beragama hindu, dibuktikannya dengan kehadirannya pada saat muktamar muhammadiyah di Bali pada tahun 2002.


         

Menuju Arena Pertarungan    

Terlepas dari Partai besar semacam PDI, Golkar, PKB, PPP, PAN, beserta aliansinya. Ketokohan pun merupakan daya tarik tersendiri dalam mendulang suara, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pilpres putaran kesatu. Partai-partai yang berada dibelakang semua pasangan hanyalah sebagai mesin politik yang menunjang mereka. Masyarakat beranggapan bahwa partai politik hanya mementingkan kepentingannya masing-masing bukan memperhatikan rakyat yang dibawahnya. Ada juga yang mengaitkannya dengan ramalan Ranggowarsito berdasarkan kata No-To-No-Go-Ro, dimana  No pertama adalah SoekarNO, kedua SoeharTO, mungkinkan No selanjutnya adalah Susilo Bambang YudhoyoNO. Fenomena kekuatan Sipil-Militer pun tidak boleh kita lupakan, bahkan jauh-jauh hari Akbar Tanjung mengatakan apabila ia mencalonkan diri menjadi capres maka ia akan memilih wakil dari kalangan militer-jawa. Ia bahkan telah mengamati beberapa tokoh militer semacam Prabowo, Wiranto, dan Endriarto Sutarto. Tetapi takdir berkata lain, disaat ia memiliki tingkat kepercayaan tinggi yang lebih untuk menjadi Capres dari partai golkar justru ia kalah sebelum pertandingan berlangsung, ia kalah oleh sistem yang ia buat sendiri di partai golkar. Untuk peluang pasangan capres dan cawapres yang lolos, memang setiap pasangan memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Tapi jika dilihat dalam perspektif politik selama ini , peluang pasangan SBY-JK diperkirakan akan unggul dari Mega-Hasyim. Selain keduanya sangat berpengalaman sebagai menteri koordinator, dimana SBY mantan menkopolkam dan JK mantan menkokesra, ironisnya mereka menjadi menteri koordinator justru pada pemerintahan Megawati. Tetapi kalkulasi terakhir akan ditentukan oleh rakyat sendiri. Namun pada nyatanya, demokrasi langsung bukan menjadi pilihan yang paling menjanjikan. Dalam praktek, demokrasi langsung sering dijadikan ajang kekuatan dan kekusaan. Tak jarang kita temukan model pemilihan langsung justru memecah belah komunitas dan kalangan masyarakat. Masyarakat sering dijadikan tumbal para elite partai politik yang tak becus mengurus Negara ini dari bencana alam, kelaparan, pengangguran dan masalah kompleks lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Fery Ferdiansyah, lahir di Bandung 16 Agustus 1992. Anak pertama dari tiga bersaudara, saat ini adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung.